ANTIHISTAMIN
Histamin adalah senyawa
amina yang di dalam tubuh dibentuk dari
asam amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase.zat tersebut
terdapat dalam sel-sel tertentu yaitu mastcell, dalam keadaan terikat dan tidak
aktif. Histamin dapat di bebaskan dari ikatannya dalam bermacam-macam faktor antara lain reaksi
alergi, luka-luka berat, sinar uv dari matahari, racun ular, enzim proteolitik
serta macam-macm obat-obatan (opiat,tubokurarin,klordiazepoksida). Keadaan
normal jumlah histamin dalam darah kira-kira 50 mcg/l (siswandono, 2016).
Antihistamin adalah
zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh
dengan jalan memblok reseptor histamin (penghambatan saingan). Antihistamin
yang digunakan sebagai anti lergi adalah golongan antagonis reseptor H1. Secara farmakodinamik AH1 dapat
menghambat efek histamin pada pembuluh darah,bronkus dan otot polos H1
bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas (Pati, 2015).
Ada empat jenis
reseptor histamin yang
diidentifikasikan,yang memiliki berbagai tingkat tanggung jawab untuk menengahi
respon alergi. Respon H1 dan H2 yang hadir pada berbagai sel (endotel, epitel,
otot polos,neuron dan sel-sel dari bawaan dan sistem kekebalan tubuh yang
diperoleh) dan ketika dalam keadaan aktif, merangsang kedua fase awal dari
respon alergi (vasodilatasi terkemuka untuk eritema, pembengkakan dan
hippotensi) dan respon akhir fase, oleh produksi sitokin dan sel-adhesi
upregulating,mengarah ke proinflamasi. H2 antagonis reseptor, seperti
ranitidine, bekerja pada mukosa lambung, menghambat sekresi lambung.reseptor H3
dan H4 kurang banyak diekspresikan (Fitzsimons et al, 2014).
Menurut siswandono
(2016) adapun hubungan struktur dan aktivitas antagonis H1. Histamin yang
memblok reseptor H1 secara umum mempunyai struktur sebagai berikut
Ar =
gugus aril, termasuk fenil, feni tersubstitusi dan heteroaril
Ar'=
gugus aril kedua
R dan
R' = gugus alkil
X = gugus
isoterik,seperti O (turunan eter aminoakil), N (turunan etilendiamin) dan CH
(turunan alkilamin)
a.
Gugus aril
yang bersifat lipofil akan membentuk ikatan hidrofob dangan reseptor H1.
Monosubstitusi gugus yang mempunyai efek induktif (-) seperti Cl atau Br,
dimana gugus Ar atau Ar' akan meningkatkan aktivitas kemungkinan dapat
memperkuat ikatan hidrofob dengan reseptor. Disubstitusi pada posisi para akan
menurunkan aktivitassedangkan substitusi pada posisi orto atau meta menurunkan
aktivitas.
b.
Untuk mencapai
aktivitas optimal, atom N pada ujung adalah amin tersier dimana bermuatan
positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion.
c.
Kuarternesisasi
dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang
aktif
d.
Rantai alkil
antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom
C=2 dan jarak antar pusat cincin aromatik dan N alifatik =5-6 AO menyerupai
jarak rantai samping molekul histamin. Perlamaan jumlah atom C atau percabangan
pada rantai samping akan menurunkan aktivitas
e.
Faktor sterik
juga mempengaruhi aktivitas antagonis H1
f.
Senyawa
yang memiliki aktivitas antihistamin secara stereoselektif, pusat asimetrikny
harus terletak pada atom C yang mengikat cincin aromatik. Bila pusat asimetrik
terletak pada atom C yang mengikat gugus dimetilamino aktivitas akan hilang.
Berdasarkan
struktut kimia antagonis H1 dibagi menjadi sebagai berikut :
1.
Turunan etilendiamin
2.
Turunan
aminoalkil
3.
Turunan
alkilamin
4.
Turunan
piperazin
5.
Turunan
fenotiazin
6.
Turunan
lain-lain
Menurut Neal (2006) mekanisme kerja dari fenotiazin,sebagai antagonis dari reseptor D2 karena
afinitasnya yang tinggi pada reseptor ini. Penghambatan pada reseptor D2
memberikan efek terhalangnya jalur dopaminergik pada otak terutaama pada jalur
mesocartical,nigrostriatal, dan tuberoinfundibular yang menghasilkan efek
terapeutik dan efek dari penggunaan obat antipsikotik.
Adapun menurut siswandono
(2016) antagonis H1 Generasi kedua menghilangkan atau meminimalkan efek sedasi, maka
dikembangkan antihistamin generasi kedua, yaitu senyawa yang mempunyai
kelarutan pada lipid yang rendah pada pH fisiologi, dan bekerja pada reseptor H1perifer. Contoh antihistamin generasi kedua antara lain adalah :
1. Terfenadin
Merupakan antagonsi H1 selektif yang relatif tidak
menimbulkan efek sedasi dan anti kolinergik. Senyawa ini tidak berinteraksi
dengan reseptor α dan β adrenergik,karena mampu menembus sawar darah otak. Terfenadin
efektif untuk pengobatan alergi rinitis musiman dan urtikaria kronik. Absorbsi obat dalam cerna baik dan cepat. Awal
kerja obat sekitar 1-2 jam,efek mencapai maksimum 3-4 jam dan berakhir setelah
8 jam. Metabolit utamanya adalah feksofenadin yang juga merupakan antagonis H1
yang poten.
2. Astemizole
Astemizole
merupakan produk pengembangan dari beberapabenzimidazol.efek sampingnya serupa
terfanadin.
3. Akrivastin
Senyawa analog triprolidin yang mempunyai lipofilitas
rendah, karena ada gugus karboksilat, sehingga sukar menembus SSP dan kerja
obat menjaadi lebih cepat. Akrivastin digunakan untuk alergi kulit yang kronis.
Pemakaiannya sering dikombinasi dengan obat dekongestant.
4. Loratadin
Merupakan turunan antihistamin trisiklik azatadin yang
poten, mempunyai masa kerja yang panjang dengan aktivitas antagonis perifer
yang selektif. Loratadin dimetabolis melaluiproses oksidasi dan bukan
hidrolisis menjadi deskarboetoksi loratadin. Digunakan untuk meringankan gejala
alergi rinitis urtikaria kronik dan kelainan alergi dermatologis.
5. Cetirizine
Cetrizine merupakan metabolit asam dari oksidasi
primer dari antihistamin hidroksizin. Mempunyai durasi aksi lama dan
selektivitas tinggi pada reseptor H1.
Permasalahan
:
1. salah satu obat antihistamin adalah fenotiazin,selain efek antihistamin fenotiazin memiliki efek apa?bagai mana cara menurunkan aktivitas antihistamin?sebutkan turunan fenotiazin dan dosis obat untuk mencapai efek obat tersebut
2.
Sebutkan
turunan antihistamin selain yang di atas, serta berapa dosis untuk pencapaian
efek obat tersebut?
3.
Apa yang
membedakan antara reseptor antaginis H1 dengan H2 ?
DAFTAR
PUSTAKA
Fitzsimons.R., L.A.V.D. Poel., W.
Thornhill.,G.D.Toit.,N.Shah dan H.A. Brough. 2014. Antihistamine Use In
Children. Journal Paediatrics and Child Health.
100:122-131.
Neal,M.J.2006 . At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Pati,T.M. 2015. Farmakologi Jilid III. Deepublish. Yogyakarta.
Siswandono,
2016. Kimia Medisinal Edisi kedua.
Airlangga University Press. Surabaya.
Saya akan menjawab perbedaan dari reseptor H1 dan H2
BalasHapusReseptor Histamin H1 reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat. Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi.
Reseptor Histamin H2
Ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2. Menurut buku yang saya baca turunan obat antihistamin yaitu 1. Siprohepadin HCL( periactin dan prohessen). Digunakan untuk alergi kulit biasanya juga di gunakan sebagai nafsu makan dimana dengan dosis obat 4mg 3-4dd
BalasHapus2. Azatadin diekskresikan melalui urin dengan dosis 1 mg 2 dd.
Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1. Dimana fenotiazin memiliki efek antihistamin juga mempunyai aktivitas tranquilizer dan antiemetik. Dengan mengganti etil menjadi propil akan meningkatkan aktivitas tranquilizer dan menurunkan efek antihistamin. Untuk turunan fenotiazin sendiri yaitu : isotipendil ( dosis 8mg 3 dd), metdilazin (dosis 5 mg 2dd), oksomemazin ( dosis 10 mg 1-4 dd).
BalasHapus