ANALGETIK
Analgetik adalah senyawa yang pada
dosis terapi meringankan atau menekan nyeri tanpa memiliki kerja anestesi umum.
Analgetik berasal dari bahasa Yunani an “tanpa” dan algia “nyeri”. Nyeri adalah
suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya
tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh, seperti peradangan, infeksi
bakteri dan kerja otot. Mediator nyeri antala lain: histamin, serotinin,
plasmakinin, prostaglandin dan ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang reseptor
nyeri pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lalu
dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan saraf pusat melalui sumsum tulang
belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar (Sovia dan Yuslianti,
2019).
Mekanisme terjadinya nyeri adalah
sebagai rangsangan (mekanik, termal atau kimia) diterima oleh reseptor nyeri
yang ada di hampir setiap jaringan tubuh, rangsangan diubh dalam bentuk implus yang
dihantarkan ke pusat nyer di korteks otak. Setelah itu proses dipusat nyeri,
implus dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri.
Menurut siswandono (2016)
analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara
selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran.
Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
Berdasarkan mekanisme kerja analgetika dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1.
Analgetika Narkotik
Aktivitas analgetik ini jauh lebih besar
dibandingkan golongan analgetik non narkotik, sehingga disebut analgetik kuat.
Pada umumnya dapat menumbulkan euforia. Mekanisme kerja analgetika narkotik
yaitu efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi
reseptor opioid spesifik pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan
reseptor akan menimbulkan efek euforis dan rasa mengantuk ada empat reseptor
opioid yaitu reseptor μ, 𝛿, k dan NOP.
Reseptor turunan morfin mempunyai tiga sisi
yang sangat penting untuk menimbulnya analgesik, yaitu :
- Struktur bidang datar,yang mengikat cincin
aromatik obat melalui ikatan van der waals
- Tempat anionik, yang mampu berinteraksi
dengan pusat muatan positif obat melalui ikatan ionik
- Lubang dengan orientasi yang sesuai menampung
bagian gugus –CH2-CH2- dari cincin piperidin dan
mengikatnya melalui ikatan van der waals atau hidrofobik
Berdasarkan struktur kimianya analgetika
narkotik dibagi menjadi lima kelompok yaitu :
1. Turunan morfin
2. Turun fenilpiperidin
3. Turunan morfinan
4. Turunan difenilpropilamin
5. Turunan lain-lain
a. Turunan morfin didapatkan dari opium yaitu getah
kering tanaman papaver somniferum.
Untuk daapat menimbulkan aktivits analgesik narkotik, senyawa harus mempunyai
gugus farmakofor sebagai berikut :
cincin aromatik, cincin piperidin, atom N tersier yang bermuatan negatif
dan atom C kuartener (atomC yang tidak berikatan atom H)
Hubungan struktur dan aktivitas turunan
morfin :
- Eterifikasi dan
esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik.
Penurunan aktivitas. Penurunan disebabkan karena cincin aromatik merupakan
gugus farmakor,sehingga modifikasipada cincin akan menyebabkan halangan ruang
pada proses interaksi obat reseptor
-
Eterifikasi,
esterifikasi, oksidasi atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen
atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik.disini yang berperan
adalah peningkatan sifat lipofilik yang dapat meningkatkan proses penembusan
membra
-
Perubahan
gugus hidroksi alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik
secara drastis
-
Mengubah
konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik
-
Hidregenasi
ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan yang lebih
sedikit lebih besar dibanding morfin karena peningkatan lipofilitas
-
Substitusi
pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik
-
Pemecahan
jembatan eter antara C4 dan C5 menurunkan aktivitas
-
Perpanjangan
rantai alifatik pada atom N. Menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif
karena pengaruh halangan ruang pada proses interaksi ligan-reseptotor
B Turunan
difenilhidramin (metadon) bersifat
optis aktif dan biasa digunakan dalambentuk garam HCL. Tidak mempunyai cincin
piperidin pada turunan morfin, tetapi turunan metadon dapat membentuk cincin
seperti piperidin bila dalam larutan atau cairan tubuh. Karena ada daya tarik
menarik ion dipol antara basa N dengan gugus karboksil dan karena terbentuknya
ikatan hidrogen intramolekul
C Turunan
morfinan. Dalam upaya mengembangkan
turunan morfin dilakukan penyederhanaan struktur dengan menghilangkan jembatan
eter dan ikatan rangkap C7-8 dan didapatkan turunan yang mempunyai aktivitas
lebih besar dibanding morfin. Karena struktur turunan morfinan tersebut lebih
lentur dan dapat mengikat semua reseptor narkotik analgesik lebih kuat
dibanding morfin. Contohnya levorfanol tartrat, butorfanol tartrat dan
dekstrometorfan.
D.
Turunan lain-lain . contohnya tramadol
2.
Analgetika
non narkotik
Berdasarkan
struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
analgetik-antipiretika dan antiradang bukan steroid.
a.
Analgetik-Antipiretika.
Golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan
gejala penyakit,tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit.
Berdasarkan struktur kimia obat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Turunan anilin dan para-aminofenol
Turunan 5- pirazolon
1.
Turunan anilin dan para- aminofenol. Turunan ini digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri kepala dan nyeri pada otot atau sendi. Efek samping yang ditimbulkan
antara lain adalah methemoglobin dan hepatotoksik.
Hubungan
struktur – aktivitas :
-
Anilin
mempunyai efek antipiretik cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar
-
Substitusi
gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan aktivitas dan
toksisitasnya.
-
Turunan
aromatik dari asetanilid seperti benzanilid, sukaar larut dalam air, tidak
dapat dibawa oleh cairan tubuh ke reseptor sehingga tidak menimbulkan efek
analgesik
-
Para-aminofenol adalah produk metabolik dari
anilin, toksisitasnya lebih rendah dibanding anilin .
-
Asetilasi
gugus amino dari para-aminofenol akan menurunkan toksisitas pada dosis terapi
relatif aman
-
Eterifikasi
gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus metil dan eti akan
meningkatkan aktivitas analgesik tetapi karena mengandung gugus amino bebas
-
Ester
salisil dari asetaminofen (fenetsal) dapat mengurangi toksisitas dan
meningkatkan aktivitas analgesik.
2. Turunan
5-pirazolon
b.
Obat
analgesik antiradang bukan steroid atau yang disebut NSAID adalah obat yaang
mempunyai efek mengurangi rasa nyeri(analgesik), mengurangi peradangan pada
jaringan(antiradang), menurunkan demam (antipiretik) dan dapat menghambat
agregasi platelet (antiplatelet).
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono.2016. Kimia Medisinal Edisi II. Airlangga
University Press. Surabaya .
Sovia,E dan E.R.Yuslianti. 2019. Farmakologi
Kedokteran Gigi Praktis. Deepublish. Yogyakarta.
Permasalahan :
1. Golongan
analgetik manakah yang digunakan dan paling efektif bila pasien penderita diabetik
neuropati ?
2. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika non
narkotika ?
3. Padakah ada
pengaruhnya turunan anilin atau analgetik-antipiretik terhadap aktivitas analgesik bila adanya substitusi pada cincin aromatik ?
Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1. Diabetik neuropati merupakan salah satu bentuk komplikasi
BalasHapuskronik diabetes melitus menurut penelitian obat analgesik yang lebih efektif adalah analgesik tunggal dan analgesik kombinasi. Untuk analgesik
tunggal yang paling sering digunakan adalah amitriptilin. Sedangkan kombinasi analgesik yang paling sering
digunakan adalah amitriptilin+meloksika.
saya akan menjawab pertanyaan nomor 2 , obat analgetik non narkotik bekerja dengan tidak mempengaruhi sistem saraf pusat artinya tidak menimbulkan efek ketergantungan
BalasHapus